Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Terjebak di Toko Donat bersama Adek Tingkat

Dari sore yang dingin, wafa berkunjung ke tempat teman. Kami memutuskan untuk menonton sebuaha cara konser musik dari beberapa band indie yang ada di Yogyakarta. Setelah wafa menghaturkan tujuan utamanya kepada temannya yakni meminjam uang merah merdeka. Karena prediksi wafa yang meleset tentang turunya gaji dari pak bos.  Setelah itu, kami berangkat menuju salah satu teman wanita. Tapi dengan sangat kecewa tidak bertemu dengan dirinya. Tapi tak apa, akhirnya wafa dan temanya memutuskan untuk tetap datang di acara itu. Memang hari itu, hujan tak kunjung berhenti, gerimis rintik-rintik.  Setelah pulang dari acara itu, wafa kemudian pulang dan memesan semangkuk mie hangat. Sembari menikmati, wafa melihat-lihat story di whatsapp kemudian ada salah satu adek tingkat yang menuliskan butuh minuman hangat. Tak berfikir panjang wafa langsung chat "ayok", dan adek tingkat tersebut menerima tawaran wafa.  "Oke shareloc", wafa. "Inii.. tapi traktir yak&qu

Pacaran

Dari dalam sebuah kereta, dimana kereta ini bergerak dari tengah-gengah jawa ke ibukota. Ditemani dinginya ac di setiap gerbong dan hangatnya mie dalam bungkus polimer tak sehat. Kemudian wafa memandang ke jendela dan mulai terfikirkan hal-hal menarik di fikiran wafa. Kereta Malam Cerita ini akan wafa mulai dari suatu malam di Yoagyakarta, dimana pada saat malam itu salah seorang teman wafa meminta pendapatnya tentang bagaimana tentang berpacaran. Sebuah hal yang mungkin banyak sekali orang yang sudah tahu dan mungkin melakukanya. Ikatan yang kurang jelas dan tak diakui negara. Ikatan yang hanya dua pribadi dalam keyakinan dan kepercayaan bahwa mereka akan bersatu. Dalam kisah ini, tak jarang pula seorang hanya ingin mencoba saja bagaimana rasanya menjalin hubungan ini. Tak jarang, banyak orang terjerumus dan justru mendapatkan rasa sakit mendalam, rasa benci tak terkendali, dendam dan hal-hal lain yang tentunya tak diinginkan dan tak terbayangkan sebelumnya. Sebenernya ap

Hawatir

Ceritanya dimulai ketika wafa ditanya, "Apa kekhawatiranmu, fa?" Kemudian wafa mulai befikir kembali hal-hal yang sempat terfikirkan. Hal yang sangat tidak mungkin jika seseorang tak punya ke khawatiran. Karena, hanya inilah yang membedakan manusia dan makhluk hidup lain di bumi. Memang hanya manusia, seekor sapi tak pernah khawatir bahwa esok dia tak dapat makan. Sedangkan manusia, selalu khawatir esok sapi nya tak dapat makan, sehingga manusia mencari rumput untuk esok hari. Lalu apa yang sebenarnya wafa khawatirkan? Sepertinya wafa tak bisa ceritakan disini. Tetapi, wafa akan coba bahas apa yang sering orang khawatirkan. Yang pertama adalah tentang dirinya dirinya sendiri. Ketika urum sudah mulai banyak, orang cenderung untuk memikirkan masa depannya. Dari sinilah ke khawatiran itu muncul. Hawatir apakah di masa mendatang mendapatkan peran di masyarakat, juga hawatir tidak mendapatkan tempat di masyarakat. Memang setiap orang memiliki peran masing-masing di m

Ngoding di Surabaya

Selamat siang, Ini merupakan kali kedua wafa datang ke Surabaya, salahsatu kota besar di Indonesia. Kali kedua yang berbeda. Kali ini wafa datang di pagi yang benar-benar pagi. Pukul dua malam sampai stasiun gubeng. Wafa, pirang dan sanak keluar dari gerbong kereta menuju pintu keluar. Ketika keluar dari stasiun, maka inilah perjalanan kami dimulai. Setelah sebelumnya wafa harus kehujangan dalam perjalanan menuju stasiun dan kedinginan di dalam kereta. Ketika itu, tak tahu lagi wafa harus pergi kemana. Masih jam 2 malam di kota Surabaya, sedangkan acara dimulai jam 9 pagi nanti. Tanpa arah dan tujuan akhirnya memutuskan untuk dantang ke lokasi acara. Tentu saja, tidak ada orang. Hanya ada seorang satpam yang menjaga malam. Untunglah setelah negosiasi diperbolehkan masuk meski acaranya belum mulai. Semuanya masuk ke gedung yang sedikit horor karena lampunya banyak yang di matikan dan tidak ada orang disana. Untung saja, di lantai tiga terdapat ruangan yang nyaman, didalamnya a