Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Menjadi Pengantar Coklat Putih

"Hei Fa.. Boleh mita tolong?" ... "Oke, setuju" --- Tiba-tiba sahabat wafa yang ada di Lampung meminta tolong untuk mengantarkan cokelat ke seseorang. Siapa dia? itu juga menjadi pertanyaan wafa. Waktu itu, Sobat wafa (kita sebut saja andra) datang ke Jogja. Sudah sangat lama, mungkin 2 tahun sejak tulisan rilis. Andra datang ke kosan wafa yang sempit dan rumit (dengan kabel keleweran tak menentu), karena sedang ada di Semarang jadi menyempatkan untuk ke Jogja beberapa hari. Waktu itu wafa di ajak pergi ke salah seorang kenalannya yang kost di dekat Jl. Gejayan. Wafa dan Andra berangkat menggunakan sepeda dengan penuh semangat dan rasa penasaran. Setelah berputar-putar di kompleks yang benar-benar kompleks itu, akhirnya rumahnya ketemu. Ternyata di sebelah warung penjual eskrim. Wafa beli saja satu, sambil menunggu wanita itu keluar dari rumah. Duduk, sambil memakan eskrim. Begitu saja, setelah sedikit berkenalan juga dengan wanita itu. Namanya Valen.

Sengaja Duduk di Dekat Jendela

Pagi-pagi wafa terbangun dengan bunyi dering jam menyambutnya. Sedikit melirik ke benda warna hijau itu dan mulai mengambilnya. Mencari tombol off agar tak bunyi lagi. Kasur dan selimut masih menggoda untuk melanjutkan tugasnya. Tapi, wafa bertekat untuk melawannya. Meskipun sulit, akhirnya wafa dapat melawan itu semua dan bergegas menuju kamar mandi. Dingin... pagi yang sangat dingin. Di Jendela Yang Berbeda dan Waktu Yang Tak Sama Tapi ketika jam mulai mendekati angka 7 kepala pusing. Tak bisa menahan, wafa akhirnya tumbang dengan rasa kantuk dan selimut mulai mencoba mengikat wafa. Akhirnya, wafa masuk kedalam dunia aneh itu, tempat dimana peperangan terjadi untuk mencapai puncak gunung tertinggi. --- Pagi tak penting berlalu lagi, wafa membuang waktu yang berharga ini. Entah kenapa wafa akhirnya ke perpustakaan di fakultasnya, mungkin dia sudah muak dengan kebiasaan buruknya yang tak kunjung hilang -- bolos tanpa alasan yang benar-benar tanpa alasan. Sebelumnya wafa su

Tiba di Masa Depan

Tiba-tiba wafa terbangun di pagi hari. Seperti ditampar, wafa kaget. Kaget bukan karena kesiangan, tapi kali ini wafa kaget karena hari ini bisa bangun lebih awal dari biasanya. Sepertinya sekarang wafa sudah bisa mengetri bagaimana mengendalikan tubuh untuk bisa bagun dan tidur. Hari ini cukup spesial, karena wafa bisa masuk di perkuliahan jam 7 tanpa terlambat dan tanpa sakit kepala. Minggu-minggu sebelumnya, wafa tak bisa datang ke kampus karena tak bangun dan kadang sakit kepala. Sebuah alasan klasik yang sering kita dengar. Pagi ini luar biasa, wafa sempat untuk mencuci pakaian tanpa terlambat kuliah. Keajaiban di pagi hari. Tapi yang lebih ajaib adalah ketika wafa masuk kedalam kelas dan mengikuti perkuliahan wafa seperti tiba di masa depan. Seperti banyak yang hilang dari minggu-minggu sebelumnya dan tiba di masa depan. Tentu saja, wafa tak bisa apa-apa pagi ini. Melihat transformasi laplace yang secara ajaib memangkas berbagai metode-metode penyelesaian PDO homogen m

Hujan Senja Ini

Wafa tersadar dari tidur panjang nya. Mungkin sebenarnya tak panjang, hanya terlambat saja. Mulai membuka laptop dan berfikir. Apa yang harus di tulis?. Pertanyaan itu mulai membuat bingung dan kebingunan itu membuat semakin binung. Jadi, wafa binung karena dia bungung. Lalu ingat kata kang pidi -- tulis saja. Lalu wafa mulai menulis kata pertama yaitu namanya sendiri. Di Ujung Sana Mulai muncul ide-ide di dalam fikiran wafa. Kata demi kata mulai di rangkai dan di munculkan dalam tulisan. Tak banyak, hanya segelintir kata-kata saja, lalu muncul kata-kata lain setelah menulis kata itu. Mungkin tak akan putus jika di teruskan. Kata-kata air yang muncul dari mata air fikiran. Menulis memang sangat menyenangkan. Terkadang, wafa seperti keluar dari dunia fisik dan membuat waktu berjalan dengan kecepatan berbeda di kedua dunia. Sepertinya baru beberapa menit saja, tapi dalam dunia fisik waktu sudah hampir menempuh satu jam. Kembali lagi ke dalam dunia fisik adalah cara yang mudah.

Kita Terlahir Sebagai Selembar Kertas Putih

Setiap diri akan dilahirkan sebagai selembar kertas putih. Pengalam-pengalaman diri akan mewarnai setiap milimeter kertas putih tersebut. Apakah mewarnai dengan pensil ataukah dengan tinta-tinta hitam dan emas? itu urusan nanti. Tapi ingatlah, setiap goresan pada kertas tersebut adalah diri kita sendiri yang melakukanya. Bahkan apakah kita akan melukis, mencoret atau hanya membuat titik berwarna semua bergantung kepada pilihan setiap individu dari pengalaman yang akan dilaluinya. Setiap diri pun boleh memilih untuk tetap membiarkan dan tak pernah mencoba melukisnya. Kita bisa juga menghapus setiap coretan itu, jika kita tau itu bukan tinta. Melainkan pensil-pensil pengalaman kehidupan. Mari, kita mulai perjalanan panjang untuk melukis kertas putih itu dengan pensil dengan gambar yang indah. Jika terjadi kesalahan, kita bisa mulai menghapusnya -- meskipun tak banyak yang bisa di hapus dengan sempurna.Tekanan-tekanan pensil di kertas itu tak akan pernah bisa dihapus dan akan selalu me