Langsung ke konten utama

Postingan

With great power comes great responsibility

Pernahkah kamu merasakan seuatu yang hilang kemudian datang lagi? Tapi sebenernya dia tidak hilang, tapi rasanya sama. Sebuah energi yang menggerakkanku hadir membuat aku punya tujuan lagi, "membuatnya bahagia". Namun, yang aku tak menyangka, hal yang membuatnya bahagia adalah kami bisa merasakan kebahagiaan bersama.  Ketika lembah hidup yang tak indah datang, aku seakan tak punya tujuan. Energiku habis hanya untuk mencoba untuk bergerak. Aku semakin yakin apa yang dikatakan orang jawa dulu, lelaki itu harus punya 5 hal: griyo (rumah), turonggo (kendaraan), wanito (pasangan), curigo (keahlian) dan kukilo (hobi). Aku kehilangan satu diantaranya, dan hidupku langsung sepi, hening, dan tanpa makna. Namun, aku menemukan energiku kembali. Energi yang begitu besarnya, sampai aku harus merasakan dingin menjalar ke seluruh tubuh dan tetap terasa dalam beberapa hari. Apakah aku sakit? tidak, hanya merasakan energi amat besar. Seorang habib pernah berkata kepadaku, "Energi ini ada
Postingan terbaru

Aku Menyebutnya Kesatria

Menjadi seorang kesatria perang di zaman data memang begitu sulit, karena musuhnya bukan orang lain, diri sendiri adalah musuh sekaligus raja yang kita berbakti padanya. Apa yang kita katakan bak titah raja yang harus dilaksanakan, apapun yang terjadi harus diperjuangkan. Setiap kata yang terucap adalah janji abadi. Musuhnya adalah rasa malas kita untuk melakukannya. Menepati janji memang berat, itulah kenapa aku menyebutnya kesatria. Aku sedang protes kepada aku. Perang tiada akhir dalam diri akan berdampak pada setiap orang yang bertemu. Kami para kesatria punya prinsip-prinsip yang harus ditepati, bahkan kita berani untuk pergi ketika prinsip kami dilanggar dan tidak dihargai. Begitulah sedikit gambaran bagaimana menjadi kesatria hari ini. --- Kemarin, aku dan dia melakukan perjalanan panjang, untuk menonton manusia semut. Membahas tentang cinta sepanjang perjalanan. Cerita tentang bagaimana aku memandang hidup dan cinta aku ceritakan disana. Aku harus menjadi seorang kesatria, keti

Kurang Apa Lagi?

Aku sangat merasa cukup, entahlah. Apalagi yang aku perlukan? Semua sudah ada di depan mata. Salah satu konsep paling keren yang aku dapatkan setelah membaca buku "Goodbye, Things: The New Japanese Minimalism" adalah melebarkan rumah, membuat kota ini rumah maka akan mendapatkan segalanya. Menerima tamu? cari saja tempat kopi paling oke di kota, daripada repot membeli alat-alat kopi, gelas dan berbagai hal, cukup traktir saja tamu mu dengan kopi dan snack yang ada disana. Mau makan ke dapur? ada berpuluh warung di kota yang bisa dikunjungi. Ada teman mau menginap? ada puluhan hotel yang bisa ditinggali. Mau tidur nyenyak? ada berbagai pilihan harga kosan. Ternyata hidup di dalam sebuah kamar ukuran 2x3 meter selama 7 tahun lebih tak ada masalah, kota inilah rumah kita sebenarnya. Lebih hebatnya lagi, sekarang aku tinggal di tempat yang semua hal dekat dan bisa dijangkau dengan beberapa langkah kaki. Ada beberapa warung makan, angkringan, mini market, penjual jajanan pasar, lo

Menikmati Sepi Sendiri

Rindu ini masih mendelik, akankah terjawab sunyi. Mereka bilang ini normal yang baru, Kubilang ini yang kurindu. Menikmati sepi sendiri, menunggu kapan aku berani... Mengakhiri..." Terimakasih untuk tetap peduli kepadaku disaat semua hal pergi, orang-orang mulai enggan denganku dan tak ada untungnya untukmu, tapi engkau ada memberi sebuah kata yang membuat aku bergerak. Penantian kapan aku berani mengakhiri, kiti telah terjawab. Aku dengan segala pikiran dan masalah-masalah yang masih menumpuk, yang kurindukan hanyalah menikmati sepi sendiri. Tapi bukan itu yang sebenarnya aku butuhkan, aku hanya butuh mengakhiri dan menjadi pemberani. Seorang kesatria yang hanya takut tak bisa menjaga prinsip dalam hidupnya, seorang kesatria yang takut tak bisa menepati janji, seorang kesatria yang hanya takut tak bisa mengalahkan diri sendiri.

Kukira Orang Lain Tak Peduli Penampilan

Ternyata mereka peduli, aku sering kali ditanya tentang pakaianku yang tak berubah. Tapi juga pernah juga karena pakaianku menarik. Sepertinya memang begini dunia bekerja, aku harus bisa memahami jika ada orang yang peduli dengan penampilan ada pula yang tidak.  Bagaimana kiat untuk memenangkan dunia seperti ini? untuk aku yang sering mager dan jarang banget ganti barang terutama pakaian maka beli barang mahal. Mungkin beberapa orang akan berfikir bahwa aku menjalani hidup minimalis, tapi sebenarnya tidak juga. Aku menjalani hidup biasa saja, tapi mungkin cirinya yang sama dengan hidup minimalis. Beli barang mahal yang long term , dengan begitu kita akan puas dengan barang itu cukup lama. Jika orang tak peduli penampilan maka tidak ada kalahnya, tapi kalau orang itu peduli dengan penampilan maka ada untungnya. Beberapa brand menjual kesederhanaan secara penampilan, efeknya dia hampir tak ketinggalan zaman, karena desain sederhana punya rentang waktu yang sangat lama, karena kesederhana

Mengungkapkan Rasa

Hal pertama yang aku pelajari di tahun ini adalah tentang mengungkapkan rasa. Bukan cinta, tapi apapun yang aku pikirkan. Mungkin sekedar omelan dalam pikiran. Entahlah, semua itu terasa lega ketika sudah diungkapkan. Memang tak mudah memberanikan diri untuk berkata itu, tapi aku ingat: Kita bukan takut gelap, tapi takut apa yang mungkin ada di kegelapan. Bukan mengatakannya yang aku takutkan, tapi persepsi diri sendiri tentang response yang akan diberikan oleh orang yang mendengarnya. Keraguan akankah kata-kata ini akan menyakiti justru akan menyakiti diri sendiri karena tak pernah terungkap. Opsi minta maaf kadang adalah solusi, tapi harus didahului dengan kata-kata yang sebisa mungkin dapat diterima. Namun, kita kadang sering lupa bahwa ada loh kemungkinan response nya hangat. Isi Kepala Pikiran-pikiran yang diungkapkan seakan mengosongkan pikiran menjadi suatu yang aktual. Ruang-ruang dalam otak bisa diisi hal-hal lain yang lebih berguna, karena pikiran yang tak terungkapkan tidak

Waiting for Iridium Flare

 "Waiting for Iridium Flare" Kenapa namanya seperti itu? penjelasan adalah Overview Effect . Terinspirasi dari sebuah keadaan yang dirasakan astronot saat melihat bumi dari luar angkasa. Sebuah kesadaran penuh untuk melihat dunia secara berbeda.  a state of awe with self-transcendent qualities, precipitated by a particularly striking visual stimulus. Meskipun aku tak yakin apa yang aku rasakan itu sama persi seperti yang dirasakan astronot, tapi aku merasa berbeda ketika melihat langit yang luas. Aku, kamu dan bumi ini hanya debu tak berguna di hamparan alam semesta. Kamu pernah membayangkan jika bumi ini hanya debu yang melayang-layang tak berguna? ya mungkin seperti itu. Lalu kenapa kita harus punya konflik, politik, iri, dengki dan lainya? itu sudah tak penting lagi. Aku berpikir, kita ini kecil, sangat kecil. Apa yang membuat kita besar? hanya persaan sombong yang merasa diri ini penting. Mungkin inilah pengalamanku memahami aku adalah hamba dari Tuhan yang maha luas. Aku