Sebuah judul film yang membuat aku sangat tersentuh, bagaimana film tersebut menggambarkan sebuah kehidupan. Sebuah tujuan untuk hidup.
Saat Joe Gradner telah mencapai apa yang dia cita-citakan sejak awal untuk bermain jazz pada klub itu, awalnya dia merasa bahagia dan setelah permainan jazz nya selesai tidak bahagia, "Hanya ini?". Dia telah mengorbankan semua waktu dalam hidupnya untuk pertunjukan ini, tapi hanya ini yang dia dapat. Kemudian dia pulang dengan hati yang bertanya-tanya dan mulai menyadari, ya memang ini yang dia cita-citakan. Bayangan tentang apa itu bahagia dalam pikirannya selama ini seakan ditampar realita dunia nyata.
Besok harus kesini lagi untuk datang dan main jazz di klub yang sama, berulang setiap hari. Pada akhirnya, inilah hidup. Glorifikasi tentang kebahagiaan bermain dalam klub jazz The Half Note Club yang membuatnya bahagia, ternyata itu hanya dopamine hit sesaat yang membabibuta, lalu semuanya menjadi biasa saja. Justru setelah dia pulang dari permainan pertamanya di klub itu, dia menyadari bukan bermain disana yang benar-benar membuatnya bahagia, tapi perjuangannya. Perjuangan yang panjang penuh rintangan adalah kebahagiaan sesungguhnya, membuat cerita dalah hidup.
Mungkin ini yang terjadi padaku, jangan-jangan memang ini yang pernah aku cita-citakan. Sebenarnya memang Tuhan mengabulkan semua cita-citaku, hanya saja aku tak sadar. Cak Nun pernah bilang, "lah kon ki lagi ning kali, ngopo goleki kali". Dalam salah satu film pixar juga ada seekor ikan yang terobsesi mencari laut.
Mungkin aku perlu menyadarinya saja, memang benar kata Pak Fahrudin Faiz, "Yang paling sulit itu memahami diri sendiri dan yang paling mudah menasehati orang lain". Bekerja ringan, bisa berangkat kapan saja, tak dituntut oleh waktu, bisa kemana saja, masih bisa bebas adalah sesuatu yang pernah aku cita-citakan sejak aku SD. Aku pernah bilang ke ibuku saat pulang sekolah kelas 6 SD, "bu kalau aku rajin dan pinter, katanya aku bakal bisa punya komputer sendiri", itulah saat obsesiku tentang laptop masih tinggi. Bahkan, aku mengingat satu hal dalam serial laptop si unyil ketika ada adegan bagaimana membuka aplikasi di laptop, agar suatu saat nanti jika ada laptop di depanku aku paling tidak bisa membuka sebuah aplikasi.
Saat SD aku sering menonton Kick Andy hampir setiap episode -- entahlah ibuku baru menyuruh tidur saat jam 12 malam, ibuku sepertinya berpikir lebih baik anakku di rumah nonton TV sampai larut daripada pergi entah kemana -- aku paling suka ketika ada invensi-invensi baru yang ditawarkan oleh narasumber di kick andy, aku ingin itu. Yang paling keren adalah bisa gabung membuat robot dan kuliah di kampus-kampus itu.
Semuanya sudah ada sekarang. Aku tak pernah bisa membayangkan bisa kuliah dan menggapai obsesi-obsesiku. Saat sudah sampai pada titik ini, "Hanya ini?". Tidak, ini tentang cerita panjang dibelakangnya.
Komentar
Posting Komentar