Hal pertama yang aku pelajari di tahun ini adalah tentang mengungkapkan rasa. Bukan cinta, tapi apapun yang aku pikirkan. Mungkin sekedar omelan dalam pikiran. Entahlah, semua itu terasa lega ketika sudah diungkapkan. Memang tak mudah memberanikan diri untuk berkata itu, tapi aku ingat:
Kita bukan takut gelap, tapi takut apa yang mungkin ada di kegelapan.
Bukan mengatakannya yang aku takutkan, tapi persepsi diri sendiri tentang response yang akan diberikan oleh orang yang mendengarnya. Keraguan akankah kata-kata ini akan menyakiti justru akan menyakiti diri sendiri karena tak pernah terungkap. Opsi minta maaf kadang adalah solusi, tapi harus didahului dengan kata-kata yang sebisa mungkin dapat diterima. Namun, kita kadang sering lupa bahwa ada loh kemungkinan response nya hangat.
Pikiran-pikiran yang diungkapkan seakan mengosongkan pikiran menjadi suatu yang aktual. Ruang-ruang dalam otak bisa diisi hal-hal lain yang lebih berguna, karena pikiran yang tak terungkapkan tidak akan pernah hilang, dia tetap disitu.
Beberapa minggu lalu aku membeli nintendo, kenapa? Karena keinginanku yang dulu tetap disitu didalam pikiranku, mungkin sempat terhalang oleh pikiran baru, tapi sebenarnya masih disitu menjadi sampah yang baunya akan tercium lagi suatu saat nanti untuk meminta perhatian.
Setelah mengalami penyesalan-penyesalan yang pernah menampar pipi, aku semakin sadar. Kegagalan akan sebuah usaha bukan merupakan penyesalan berarti dibandingkan ketakutan untuk mencoba, meski hanya sekedar berkata. Di hari tua sepertinya kita akan saling bercerita tentang kegagalan yang punya arti penting, bukan kekecewaan karena takut untuk mencoba.
Apa hal baru yang kamu coba hari ini? Kalau aku, mengungkapkan isi kepala.
Komentar
Posting Komentar