Sebelum masuk lebih jauh tentang topik yang akan wafa bahas, wafa akan menceritakan dahulu mengapa wafa menulis artikel ini. Artikel ini adalah berdasarkan pengalaman wafa selama ini, apa yang wafa amati dan apa yang wafa simpulkan. Mungkin beberapa hal tak sama dengan pemikiran teman-teman.
Cerita ini akan wafa mulai dari isu-isu yang mulai marak di media sosial. Isu ini tentang tenaga kerja asing diberitakan banyak masuk ke Indonesia. Terutama tenaga kerja dari Tiongkok. Terkait benar atau tidaknya bertita ini wafa tak akan membahasnya dan memang wafa tidak tahu tentang kebenaran berita itu. Lalu, apa yang ini wafa sampaikan?. Sebenarnya ini adalah tentang bagaimana kita yang harus melakukan Introspeksi. Mengapa begitu? Pastinya ketika banyak tenaga asing yang masuk ke Indonesia, ada kemungkinan karena tenaga kerja di Indonesia dinilai belum mumpuni, sehingga dieperlukan tenaga kerja dari luar.
Selain itu, ketika wafa kesana-kemari bertemu dengan orang-orang dari berbagai kalangan mulai dari kariawan sampai bos. Banyak yang mengeluhkan tentang lulusan dari perguruan-perguruan tinggi di Indonesia yang belum bisa apa-apa. Akhirnya, dari pihak perusahaan harus mendidik dan melakukan pelatihan tentang pekerjanya. Inilah salahsatu alasan mengapa banyak perusahaan yang mencari tenaga kerja yang memiliki pengalaman beberapa tahun dalam bekerja. Tetapi, ingatlah jika semua perusahaan mencari orang-orang berpengalaman, maka tiada tempat lagi untuk lulusan baru. Lulusan baru perlu tempat bekerja untuk mendapatkan pengalaman, sedangkan tempat bekerja mencari tenaga berpengalaman.
Lalu, bagaimana dengan lulusan baru?
Akhirnya, banyak lulusan baru yang nganggur. Mengapa ini terjadi? ini yang masih wafa cari dan amati sampai saat ini. Wafa sering mengamati bagaimana diri wafa sendiri, teman-teman dan lingkungan. Menurut wafa, hanya sekitar 10 persen dari angkatan wafa yang sudah siap bekerja dengan keterampilan yang dimilliki. Banyak faktor penyebab mengapa wafa menyimpulkan ini.
1. Salah Pilih
Banyak sekali mahasiswa yang wafa temui mengaku bahwa mereka salah jurusan. Hal ini terjadi dari pemikiran-pemikiran generasi kita sejak SMA. Banyak sekali teman-teman wafa yang memilih jurusan karena prospek kerja dengan gaji tinggi. Sedangkan pilihan itu sebagian besar bukan merupakan passion dari dirinya. Akibatnya, dalam menjalani perkuliahan terasa sangat berat dan cenderung malas. Dampaknya besar sekali, banyak lulusan kita yang bekerja tidak sesuai latar belakang pendidikan yang ditempuhnya.
2. Generasi Instan
Tak hanya mie, generasi kita banyak yang pengen hal-hal instan. Padalah, semuanya tahu semua butuh proses. Tetapi, banyak orang tak tahan dengan proses-proses yang harus dilalui. Wafa sering mengatakan, "mie instan aja perlu di rebus". Seorang pemain gitar handal pun awalnya tak bisa main gitar, lalu mereka belajar sampai handal. Lalu, apa yang membuat merekeka dapat menjadi ahlinya? Jawabanya adalah prosess. Orang-orang yang ahli pasti melewati proses yang panjang. Tetapi yang bebeda adalah orang-orang yang ahli tersebut terus menjalaninya karena itu adalah passion mereka.
3. Orientasi Nilai
Dalam hal pendidikan, orientasi pada nilai inilah yang menjadi masalah besar menurut wafa. Wafa sering mengamati bahwa banyak teman-teman yang memilih dosen karena nilainya gampang. Sangat disayangkan, hal ini juga didukung oleh para tenaga pendidik di Indonesia. Banyak siswa dan mahasiswa yang sering protes kerena mendapatkan nilai buruk.
Banyak sekali yang lebih mementingkan nilainya bagus, tanpa menilai ilmu apa yang didapatkan. Hal itu terlihat ketika banyak pelajar memiliki nilai bagus, tetapi ketika ditanya tentang materi pelajaran mereka tak paham. Hal itu semua dari yang wafa amati selama ini, meskipun masih ada yang memang mencari ilmu.
4. Zona Aman
Banyak dari kita berfikir "yang penting sama dengan yang lain". Ketika melakukan kuliah, mahasiswa cenderung berfikir yang penting ujian bisa. Mereka tidak mendalami materi dan mendapkan pemahaman dari materi yang diujikan. Selain itu, masih banyak yang mengerjakan tugas hanya sekedar mendapatkan nilai. Akhirnya, materi-materi yang dapat diterima masih kurang.
5. Lingkaran Kecil
Cerita ini akan wafa mulai dari isu-isu yang mulai marak di media sosial. Isu ini tentang tenaga kerja asing diberitakan banyak masuk ke Indonesia. Terutama tenaga kerja dari Tiongkok. Terkait benar atau tidaknya bertita ini wafa tak akan membahasnya dan memang wafa tidak tahu tentang kebenaran berita itu. Lalu, apa yang ini wafa sampaikan?. Sebenarnya ini adalah tentang bagaimana kita yang harus melakukan Introspeksi. Mengapa begitu? Pastinya ketika banyak tenaga asing yang masuk ke Indonesia, ada kemungkinan karena tenaga kerja di Indonesia dinilai belum mumpuni, sehingga dieperlukan tenaga kerja dari luar.
Selain itu, ketika wafa kesana-kemari bertemu dengan orang-orang dari berbagai kalangan mulai dari kariawan sampai bos. Banyak yang mengeluhkan tentang lulusan dari perguruan-perguruan tinggi di Indonesia yang belum bisa apa-apa. Akhirnya, dari pihak perusahaan harus mendidik dan melakukan pelatihan tentang pekerjanya. Inilah salahsatu alasan mengapa banyak perusahaan yang mencari tenaga kerja yang memiliki pengalaman beberapa tahun dalam bekerja. Tetapi, ingatlah jika semua perusahaan mencari orang-orang berpengalaman, maka tiada tempat lagi untuk lulusan baru. Lulusan baru perlu tempat bekerja untuk mendapatkan pengalaman, sedangkan tempat bekerja mencari tenaga berpengalaman.
Lalu, bagaimana dengan lulusan baru?
Akhirnya, banyak lulusan baru yang nganggur. Mengapa ini terjadi? ini yang masih wafa cari dan amati sampai saat ini. Wafa sering mengamati bagaimana diri wafa sendiri, teman-teman dan lingkungan. Menurut wafa, hanya sekitar 10 persen dari angkatan wafa yang sudah siap bekerja dengan keterampilan yang dimilliki. Banyak faktor penyebab mengapa wafa menyimpulkan ini.
1. Salah Pilih
Banyak sekali mahasiswa yang wafa temui mengaku bahwa mereka salah jurusan. Hal ini terjadi dari pemikiran-pemikiran generasi kita sejak SMA. Banyak sekali teman-teman wafa yang memilih jurusan karena prospek kerja dengan gaji tinggi. Sedangkan pilihan itu sebagian besar bukan merupakan passion dari dirinya. Akibatnya, dalam menjalani perkuliahan terasa sangat berat dan cenderung malas. Dampaknya besar sekali, banyak lulusan kita yang bekerja tidak sesuai latar belakang pendidikan yang ditempuhnya.
2. Generasi Instan
Tak hanya mie, generasi kita banyak yang pengen hal-hal instan. Padalah, semuanya tahu semua butuh proses. Tetapi, banyak orang tak tahan dengan proses-proses yang harus dilalui. Wafa sering mengatakan, "mie instan aja perlu di rebus". Seorang pemain gitar handal pun awalnya tak bisa main gitar, lalu mereka belajar sampai handal. Lalu, apa yang membuat merekeka dapat menjadi ahlinya? Jawabanya adalah prosess. Orang-orang yang ahli pasti melewati proses yang panjang. Tetapi yang bebeda adalah orang-orang yang ahli tersebut terus menjalaninya karena itu adalah passion mereka.
3. Orientasi Nilai
Dalam hal pendidikan, orientasi pada nilai inilah yang menjadi masalah besar menurut wafa. Wafa sering mengamati bahwa banyak teman-teman yang memilih dosen karena nilainya gampang. Sangat disayangkan, hal ini juga didukung oleh para tenaga pendidik di Indonesia. Banyak siswa dan mahasiswa yang sering protes kerena mendapatkan nilai buruk.
Banyak sekali yang lebih mementingkan nilainya bagus, tanpa menilai ilmu apa yang didapatkan. Hal itu terlihat ketika banyak pelajar memiliki nilai bagus, tetapi ketika ditanya tentang materi pelajaran mereka tak paham. Hal itu semua dari yang wafa amati selama ini, meskipun masih ada yang memang mencari ilmu.
4. Zona Aman
Banyak dari kita berfikir "yang penting sama dengan yang lain". Ketika melakukan kuliah, mahasiswa cenderung berfikir yang penting ujian bisa. Mereka tidak mendalami materi dan mendapkan pemahaman dari materi yang diujikan. Selain itu, masih banyak yang mengerjakan tugas hanya sekedar mendapatkan nilai. Akhirnya, materi-materi yang dapat diterima masih kurang.
5. Lingkaran Kecil
Lingkaran ini adalah lingkaran ilmu yang dimiliki. Banyak yang masih belajar disitu-situ aja. Mereka hanya mempelajari apa yang guru atau dosen berikan tanpa mempelajari yang lain. Padahal keterampilan dan pengetahuan umum juga penting, misalnya banyak mahasiswa ekonomi tak tahu cara memasang lampu paralel atau mahasiswa teknik tak tahu bagaimana memijah telur ikan. Keterampilan ini juga termasuk seni, misalnya bermain musik, melukis dan lainya. Akhirnya, keterampilan lain tidak muncul. Dari pengalaman yang wafa alami, banyak sekali keuntungan yang wafa dapat justru dari hal-hal yang wafa pelajari dari luar sekolah dan kuliah. Misalnya saja programming, elektronik, bermusik dan lainya.
6. Indonesia Miskin Imajinasi Mengenai Dunia tanpa Kerja
6. Indonesia Miskin Imajinasi Mengenai Dunia tanpa Kerja
Ini dari salah satu artikel yang pernah wafa baca di media kampus. Banyak dari kita yang hanya berorientasi pada kerja dan kerja. Mahasiswa-mahasiswa ingin cepat lulus karena ingin bekerja. Banyak yang bercita-cita jadi karyawan. Wafa sering bertanya dengan guyonannya,
"Kamu nanti pengen jadi apa?"
"Aku pengen kerja di perusahaan minyak, fa"
"Kamu nanti pengen jadi apa?"
"Aku pengen kerja di perusahaan minyak, fa"
"Jadi budak kapitalis? haha.."
"Sembarangan..."
Tak banyak yang ingin membangun usaha dan mengembangkanya. Ingatlah pekerjaan bisa dibuat, jangan khawatir. Jangan sampai kamu tidak bahagia dengan hidupmu.
"Fa, kerja di minyak gaji nya gede"
"Fa, kerja di minyak gaji nya gede"
"Gajinya gede tapi kerjanya di tengah laut dan gak ada libur, lu punya duit banya tapi gak bisa make nya kan sama aja?"
"Hmm.. tapi kan gede gajinya.."
"Hmm.. tapi kan gede gajinya.."
"Ya memang.."
Terakhir, "Fa, kamu sudah siap kerja?"
"Kan sudah kubilang pekerjaan bisa dibuat".
Komentar
Posting Komentar