Kamu pernah dilarang untuk melakukan sesuatu, misalnya main game. Padalah game itu sangat asik untuk dimainkan. Kamu sering bertanya, kenapa hal-hal yang asik seperti itu tidak boleh? Ya, kita sama.
Biasanya, orang pertama yang sering melarang kita melakukan sesuatu adalah orang tua. Wafa sebagai anak, sering kali marah kenapa semua hal itu dilarang? padahal itu semua asik. Semakin beranjak dewasa wafa menemui semakin banyak macam larangan untuk hal-hal yang asik, tapi itu semua membuat wafa bingung mau ngapain? tapi karena sudah besar, larangan-larangan hal-hal yang asik itu tak lagi jadi larangan.
Hal-hal asik bisaanya dikonotasikan negatif dan menghabiskan waktu. Padahal, sekarang wafa sudah besar dan banyak hal berguna karena dulu asik bergulat dengan itu. Contohnya coding. Sekarang coding (memprogram komputer) itu adalah salah satu hal berharga wafa yang dengan itu bisa memenuhi kebutuhan. Untuk bisa coding bukan hal yang instan, karenanya kita sendiri harus merasa asik dengannya. Bahkan bisa seharian melakukan coding.
Masa kecil, memang waktu dan tenaga adalah hal paling berharga. Jika setiap hal dilarang, maka anak-anak akan stress dan tertekan. Kemudian menanyakan kenapa dunia ini tak adil?
Kenapa anak-anak yang jago seni tapi tak jago matematika harus les matematika? padahal menurutnya melukis itu asik dan matematika itu membosankan. Pasti akan merasakan stress jika harus belajar matematika lebih lama lagi -- berjam-jam di sekolah dan beberapa jam per minggu di les.
Ketika kita lihat orang-orang dewasa di internet banyak yang menjadi pelukis, ilustrator, desainer yang perlu kemampuan berimajinasi dan menggambar. Mereka juga bisa kaya dengan pekerjaan itu, tak perlu kemampuan matematik secara khusus. Perlu di ingat, satu logo saja bisa berharga ribuan dolar.
Hanya, tak semua orang tua bisa menjangkau itu. Mungkin, larangan-larangan hal yang asik itu karena orang yang sering melarang dalam hal ini orang tua tak pernah terpapar tentang pengetahuan kalau menggambar itu ada nilainya, bahkan bisa saja lebih baik daripada matematika yang dia harus les.
Mungkin kita perlu menunjukkan jalan yang lebih asik daripada memotong jalan asik itu. Anak yang senang menggambar harus kita paparkan bagaimana sebuah karya seni itu bisa bernilai. Bahkan mungkin dia bisa lakukan sejak dini. Bahkan main game bisa menjadi lahan usaha yang bisa saja menghidupinya.
---
Sebagaimana umumnya manusia yang ditekan, dia akan memberontak.
Begitu pula anak-anak yang pernah kita larang atau kita sendiri yang pernah jadi anak-anak. Mungkin kita cuma perlu bikin asik yang lain untuk mereka. Jangan cuma main game, tapi membuat game itu lebih asik loh. Jangan coret-coret dinding, coret-coret kanvas gak kalah asik.
Semoga kita yang menganggap diri ini dewasa masih punya rasa asik itu. Asik berdangang, asik coding, asik membuat lagu, asik memotret, asik bernyanyi atau asik melukis. Jangan sampai kita yang mungkin sudah kehilangan asik itu merenggut asik orang lain.
Bermain masak-masakan dan berimajinasi bersama anak-anak itu asik juga. |
Komentar
Posting Komentar