Tak lebih dari seminggu, sudah ada dua teman yang bertanya. Intinya dia bertanya, apakah wafa sudah siap menikah? Lalu, aku menjawab ya siap. Apa yang perlu ditakutkan? Disitu mungkin wafa tak menjawab secara panjang lebar tentang hal ini. Tapi sekarang mari kita coba lihat lebih jauh.
Sebenarnya apa sih yang ditakuti dari menikah? Hal yang paling utama bukan tentang hidup bersama, tapi biaya hidup bersama yang perlu di tanggung. Sejauh ini itu yang wafa ambil dari dua orang teman yang bertanya kepada wafa. Kemudian, wafa kembali bertanya apakah wanita yang akan menjadi teman hidupmu benar-benar akan menggantungkan hidupnya padamu? sepertinya tidak. Aku selalu percaya kalau menikah sebenarnya bekerja sama karena hidup ini berat dijalani sendiri.
Obrolan wafa dan temannya ini berujung ke generalisir yang belum tentu benar. Kebanyak teman-teman yang sudah menikah adalah orang-orang yang taat dalam beribadah atau beragama. Kalau dilihat benar juga sepertinya, lalu wafa berkelakar, "Yo dia sudah gak berfikir dunia lagi seperti kita kita ini".
Kebanyak alasan untuk belum berani menikah adalah karena belum punya cukup uang. Orang-orang yang taat munkin saja punya alasan yang kuat untuk bilang dan percaya bahwa rezeki ada yang ngatur. Kita miskin atau kaya di dunia sudah digariskan. Pada kenyataanya, yang sudah menikah juga hidup bahagia dengan pasangannya.
Mungkin wafa hanya perlu berani, karena selanjutnya sudah ada yang mengatur. Sebagai manusia cuma perlu menjalani saja, melawan malas untuk bekerja.
Ranjang yang dipakai oleh Ir. Soekarno ketika berkungjung ke Yogyakarta - (Lokasi: Monumen Jogja Kembali) |
Komentar
Posting Komentar