Langsung ke konten utama

JSA001 - Jurnal Seperempat Abad

Hari ini, aku sudah melewati 9000 hari lebih di dunia, namung aku masih tak paham tentang dunia. Aku masih harus selalu menjadi adaptif agar tetap exist. Aku tetap menjadi wafa yang tak terlalu kenal dengan diri sendiri apalagi dunia. Aku menulis ini untuk mencatatat setiap perjalanan yang aku lalui. Mungkin tak akan pernah ada yang baca, membiarkannya berlumut adalah keindahan waktu.

Jurnal ini aku buat untuk mendampingiku menjalani hidup setelah seperempat abad ada didunia. Banyak yang perlu aku pelajari untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. Meskipun aku tak tahu kenapa aku harus menjadi baik. Agama mencoba menjawabnya dengan kehidupan kedua yang abadi. Tapi pada tingkatan yang lebih tinggi, kebaikan yang berarti adalah kebaikan yang tanpa alasan, dia murni adanya.

Aku akan bercerita tentang tujuan-tujuanku, pencapaianku dan proses hidup di jurnal ini. Hal perntama yang akan aku coba selesaikan adalah menjadi pribadi yang tangguh tak takut untuk menampakkan diri.

---

Aku selalu mencoba selalu melakukan evaluasi disetiap ulang tahun dan tahun baru. Mencoba melihat hal apa saja yang perlu dilakukan dan harus ditinggalkan. Menjadi orang yang seimbang dengan alam sepertinya ide bagus untuk mengisi dunia ini. Kita berjalan berdampingan dengan semesta, tak perlu mendahului tapi tak pernah hanyut, menjadi manusia yang selalu paham saat ini.

Hal pertama yang ingin aku coba lakukan adalah menjadi orang yang tak takut untuk berinteraksi dengan orang lain. Ini berawal dari beberapa hari lalu aku mengantarkan seorang teman ke rumahnya.

"Mas, nanti mau ketemu orang tuaku gak? orang tuaku merasa lebih tenang kalau ada teman yang nganter pamit sama beliau"

"Sepertinya belum bisa deh, aku merasa sangat takut ketemu dengan orang baru, aku takut harus mengobrol apa".

Sepanjang perjalanan aku dari rumahnya menuju kos, aku berfikir. Sepertinya ini adalah hal yang salah. Aku harusnya bisa bertemu dengan orang tuanya. Sebenernya apa yang aku takuti? lagipula kita sama-sama manusia yang mencoba untuk lebih baik.

---

Saat aku mau tidur, aku menatap langit-langit kosan mendegarkan musik space. Mengingat kembali tentang rasa takutku bertemu dengan orang baru. Ternyata banyak sekali hal yang membuatku hancur karena rasa takut itu. Aku sering kali tak mengambil kesempatan yang telah diberikan, aku melewatkannya begitu saja dan membiarkannya pergi. Aku justru selalu mencoba menangani dengan sabar kepergian kereta, bukan mencoba masuk di kereta berikutnya.

Tak hanya itu, sepertinya rasa takut ini sudah menjadi kanker yang menjalar ke banyak hal. Aku takut untuk menghadapi masalah, aku menghindar dari kesempatan dan masih menatap langin kosan. Sesekali aku berpindah ke atas kosan untuk berganti menatap langit.

Apa mungkin ini sudah terjadi sejak lama? tapi aku justru membiarkannya tetap tumbuh. Pertama kali aku sadar tentang rasa takut ini adalah saat aku harus bertemu orang yang aku sayang saat itu. Kami sudah menjalin hubungan sangat dekat. Tapi aku tak mampu untuk berani menatap dan mengobrol dengannya. Badan rasanya merinding. Beberapa waktu lalu, setelah satu dekade aku bertemu dengannya lagi. Tetap, aku masih punya rasa takut ini.

---

Sepanjang perjalanan ini aku baru menemukan yang aku cari. Seorang penyeimbang. Dengannya, rasa takut itu hilang, dia juga tak pernah takut untuk bertemu orang, menantang setiap tembok-tembok pembatas yang selalu aku hindari, naik di setiap kereta yang datang. Banyak yang aku pelajari ketika bersamanya, terutama tentang bagaimana dia melakukannya.

Kuncinya, sepertinya menyerahkan segalanya kepada tuhan. Biarkanlah tuhan yang menulis, kita hanya menjalani. Aku seringkali membiarkan pikiran menceritakan hal yang belum dituliskan tuhan.

Aku sepertinya hanya perlu mencoba, tidak peduli rasa takut akan masa depan yang belum tentu sesuai pikiranku. Mencoba mencabut setiap gulma, bukan menghindarinya dan membiarkannya tumbuh besar. Tidak berubah aku tetap harus mencabut gulma itu, bedanya hanya sekarang lebih besar.

Aku harus bisa mencabut setiap gulma yang sudah mengisi setengah ladangku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang Kampung

Tak terasa bulan Januari sudah hampir terlewati, bulan pertama di tahun 2019. Seperti tahun-tahun sebelumnya, wafa pulang ke kampung halaman.  "Perjalanan mencari cerita hidup" membawa wafa jauh dari rumah dimana wafa dilahirkan. Keinginan untuk pulang memang pasti selalu ada untuk kita yang pergi jauh, begitupun wafa. Karena ini libur panjang wafa akan pulang. Seperti biasa, wafa menggunakan mode transportasi yang paling murah. Memang tak menjamin akan selalu ada angkutan. Wafa mulai mulai memesan tiket dari bulan desember dan berencana tanggal 1 atau 2 Januari pulang kampung. Tapi apa daya, tiket untuk tanggal segitu sudah habis. Akhirnya wafa dapat tanggal 3 Januari, eh pas sudah siap-siap di tanggal itu, wafa mendapatkan telfon dari agen bus. Katanya, bus untuk hari ini tidak jadi berangkat dan akan diganti tanggal 5 Januari. Yasudah, akhirnya wafa pulang tanggal 5 Januari, meskipun hati sedikit kesal karena tak bisa pulang lebih cepat. Perjalanan yang tak jelas, ...

Hampir Menikah

"Njal, udah tidur", wafa mencoba chat untuk ajak bicara. "Belum waff", "Aku mau cerita". *** Pagi ini, wafa berencana pergi ke tempat salah satu sahabatnya. Rumahnya tak jauh, sekitar beberapa kilometer  dari sini. Sebelum kesana, wafa berniat untuk mandi dan berpakaian rapi. Tetapi, tiba-tiba Ibu menghalangi niatan wafa. Bukan niatan untuk pergi, tapi niatan untuk mandi. Karena, sekarang ibu sedang menguras bak mandi dan membersihkannya. Kemudaian wafa rebahan di kursi dengan handuk yang menggulung lehernya. Barulah ceritanya dimulai. Tiba-tiba wafa berada di tempat yang sangat ramai. Dalam pikiranya, wafa merasa berada di tempat dimana pernikahanya akan di laksanakan. Sangat ramai sekali, banyak orang berdatangan. Tetapi, wafa sedang menunggu pengantin perempuanya yang tak kunjung datang. Beberapa orang terlihat sedang melakukan prosesi pernikahan juga seperti yang akan dilakukan wafa, hanya saja mereka sekarang berada di pesta pernikahan orang l...

Ketika Wafa di Jodohin

Mari kita berfikir sejenak, Belakangan ini hal itu kembali terjadi, wafa dijodoh-jodohkan dengan seseorang. Tentu saja wafa tidak suka, mengapa?. Hal itu mengingatkan wafa dengan kejadian jaman dulu. Dulu... Ketika itu, wafa dengan si manis dekat. Mereka begitu dekat, saking dekatnya wafa dan si manis ini bisa smsan dari bangun tidur hingga tidur lagi. Ketika itu wafa dan si manis mengalami hal buruk dan mereka berpisah. Keadaan semakin memburuk sejak si manis dekat dengan lelaki lain. Hingga, keadaan sangat berubah, hampir berbulan-bulan si manis dan wafa tidak berkomunikasi. Bahkan ketika mereka bertemu pun tak pernah lagi mereka bertegur sapa. Sampai akhirnya.. Keadaan berubah ketika wafa dan si manis duduk bersebelahan. Mereka mencoba ngobrol kembali. Sebuah usaha yang sangat sulit untuk bisa membuat mereka komunikasi lagi. Padahal, dahulu mereka adalah sahabat dekat. Ketika wafa dan si manis mulai akrab kembali, orang-orang tak bertanggung jawab datang. Orang-orang itu...

Antara Kuliah, Startup dan Keinginan

Beberapa minggu belakangan ini sedikit berbeda dengan mingu-minggu biasanya. Wafa yang biasa santai-santai dengan hidupnya kini dia bergelimangan dengan kesibukan yang seakan membuat waktu berhenti. Wafa yang hari liburnya digunakan untuk bermalas-malasan dan tidur seharian di kosan, berganti dengan wafa yang hari liburnya dipenuhi tugas dan tanggung jawab. Kini wafa sedikit berbeda dengan wafa yang dulu. Semua berawal dari trend startup di Indonesia. Setiap orang ingin membangun startup dan mengembangkan startup menjadi lebih besar dan lebih besar lagi. Meskipun memang sulit untuk memebangun startup meskipun cuma satu dan fokus. Kita trend startup masuk di dalam dunia kampus, kini wafa terkenal sebagai orang yang bisa membuat web dan pernah membuat startup. Meskipun menurutnya karya buatanya tidak sebagus apa yang seharusnya. Disela-sela membangun startup, tidak dipungkiri bahwa kuliah memang menjadi prioritas utama. Tugas-tugas yang bejibun  menjadi makanan sehari-hari. ...

Tugas Kuliah Yang Menggila

Tugas Kuliah, mungkin kalian akan selalu mendengar itu jika kalian sedang menempuh pendidikan tinggi. Bagaimana jika tugas kuliah sangat banyak?, mungkin kamu akan kualahan untuk mengerjakannya. Saat kuliah, kita dituntut untuk dapat mengatur waktu dengan baik. Bagaimanapun kita tidak akan lepas dari kegiatan-kegiatan diluar kuliah. Berikut ini akan aku ceritakan bagaimana pengalamanku dari semester 1 sampai semester 4 dan peningkatan tugasku. Semester 1 Semester pertama adalah semester dimana transisi dari dunia SMA meuju dunia perkuliahan. Sangat terasa bagaimana perbedaan yang mendalam antara SMA dan Kuliah. Saat SMA setiap pelajaran terjadwal dengan rapih. Tetapi, saat kuliah jadwal memang terjadwal, tapi terkadang ada kuliah pengganti yang jadwalnya bisa kapan saja, bahkan hari minggu atau hari libur lainya. Tetapi, pada semester ini tugas sangat jarang sekali. Mungkin kita akan merindukan yang namanya tugas itu. Tidak seperti jurusan lain yang pada semester pertama disib...