Pernahkah kamu merasakan seuatu yang hilang kemudian datang lagi? Tapi sebenernya dia tidak hilang, tapi rasanya sama. Sebuah energi yang menggerakkanku hadir membuat aku punya tujuan lagi, "membuatnya bahagia". Namun, yang aku tak menyangka, hal yang membuatnya bahagia adalah kami bisa merasakan kebahagiaan bersama. Ketika lembah hidup yang tak indah datang, aku seakan tak punya tujuan. Energiku habis hanya untuk mencoba untuk bergerak. Aku semakin yakin apa yang dikatakan orang jawa dulu, lelaki itu harus punya 5 hal: griyo (rumah), turonggo (kendaraan), wanito (pasangan), curigo (keahlian) dan kukilo (hobi). Aku kehilangan satu diantaranya, dan hidupku langsung sepi, hening, dan tanpa makna. Namun, aku menemukan energiku kembali. Energi yang begitu besarnya, sampai aku harus merasakan dingin menjalar ke seluruh tubuh dan tetap terasa dalam beberapa hari. Apakah aku sakit? tidak, hanya merasakan energi amat besar. Seorang habib pernah berkata kepadaku, "Energi ini ada...
Menjadi seorang kesatria perang di zaman data memang begitu sulit, karena musuhnya bukan orang lain, diri sendiri adalah musuh sekaligus raja yang kita berbakti padanya. Apa yang kita katakan bak titah raja yang harus dilaksanakan, apapun yang terjadi harus diperjuangkan. Setiap kata yang terucap adalah janji abadi. Musuhnya adalah rasa malas kita untuk melakukannya. Menepati janji memang berat, itulah kenapa aku menyebutnya kesatria. Aku sedang protes kepada aku. Perang tiada akhir dalam diri akan berdampak pada setiap orang yang bertemu. Kami para kesatria punya prinsip-prinsip yang harus ditepati, bahkan kita berani untuk pergi ketika prinsip kami dilanggar dan tidak dihargai. Begitulah sedikit gambaran bagaimana menjadi kesatria hari ini. --- Kemarin, aku dan dia melakukan perjalanan panjang, untuk menonton manusia semut. Membahas tentang cinta sepanjang perjalanan. Cerita tentang bagaimana aku memandang hidup dan cinta aku ceritakan disana. Aku harus menjadi seorang kesatria, keti...