Tak terasa bulan Januari sudah hampir terlewati, bulan pertama di tahun 2019. Seperti tahun-tahun sebelumnya, wafa pulang ke kampung halaman. "Perjalanan mencari cerita hidup" membawa wafa jauh dari rumah dimana wafa dilahirkan. Keinginan untuk pulang memang pasti selalu ada untuk kita yang pergi jauh, begitupun wafa. Karena ini libur panjang wafa akan pulang.
Seperti biasa, wafa menggunakan mode transportasi yang paling murah. Memang tak menjamin akan selalu ada angkutan. Wafa mulai mulai memesan tiket dari bulan desember dan berencana tanggal 1 atau 2 Januari pulang kampung. Tapi apa daya, tiket untuk tanggal segitu sudah habis. Akhirnya wafa dapat tanggal 3 Januari, eh pas sudah siap-siap di tanggal itu, wafa mendapatkan telfon dari agen bus. Katanya, bus untuk hari ini tidak jadi berangkat dan akan diganti tanggal 5 Januari. Yasudah, akhirnya wafa pulang tanggal 5 Januari, meskipun hati sedikit kesal karena tak bisa pulang lebih cepat.
Perjalanan yang tak jelas, wafa hanya tidur di bus sampai di terminal dekat pelabuhan. Bangun cuma untuk lihat jam dan menerka sudah sampai mana. Tanpa makan dan minum, memang perjalanan yang panjang membuat nafsu makan wafa hilang dan kadang membuat sedikit mual. Sedikit tips dari kakeknya wafa, kalau di perjalanan jangan banyak minum atau makan, katanya nanti susah cari toilet.
Tentu saja, tidak makan dan minum membuat wafa merasa lemas ketika sudah sampai di terminal dekat pelabuhan. Untunglah bisa istirahat di kapal melihat pemandangan sambil makan perbekalan yang sudah disiapkan sejak lama. Ya sekarang mungkin sudah sekitar 20 jam perjalanan. Perjalnan yang sangat panjang untuk sampai di kampung.
Kapal ohh kapal,.. Naik kapal memang harus santai. Santai banget, wafa bisa menghabiskan waktu dan sebungkus besar pilus selama di kapal. Perjalanan pun belum cukup sampai disini, setelah turun dari kapal wafa harus menempuh perjalanan sekitar 3 jam lagi.
Pertama, wafa harus naik bus "odong-odong" begitu wafa menyebutnya. Karena memang bus ini seperti tak layak pakai. Apalagi selama perjalanan melalui perbukitan yang naik turun. Sedikit ngeri juga, takut bus nya gak kuat nanjak. Setelah itu, untuk sampai ke rumah, wafa harus naik sepeda motor lagi. Biasanya ibu yang mejemput, karena gak ada angkutan umum yang sampai ke rumah wafa. Begitulah perjalanan panjang sampai rumah.
Perjalanan malam di bus, siang di kapal, ketika akan berlabuh dan jalan masuk kampung |
***
Jalan menuju rumah Wafa |
Pemandangan yang indah menjadi hal yang selalu wafa ingat tatkala berada di jogja. Suasana pedesaan yang sangat tenang dan nyaman selalu menuntut wafa untuk pulang dari hiruk pikuk kota yang ruwet dan serba cepat. Apalagi pemandangan di awal tahun seperti ini, tepat dimana musim "paceklik" katanya. Dimana saat-saat para petani sibuk mencari pupuk untuk tanaman padi yang sudah mulai remaja. Pemandangan yang sangat indah.
Pelabuhan, Suasana kampung dan Pemandangan Gunung |
Udara disini masih sejuk dan jauh dari polusi. Berbeda dengan kota jogja yang semakin padat dengan kendaraan. Disini, mobil hanya lewat beberapa jam sekali. Bahkan kadang tidak ada mobil yang lewat dalam sehari. Untunglah disini ada sinyal internet untuk wafa menulis dan posting artikel di blog.
***
Selama di kampung, wafa benar-benar istirahat dari kesibukan kampus. Setiap hari wafa hanya di rumah dan di rumah. Bagaimana tidak, mau main ke rumah teman harus jalan beberapa kilometer. Teman-teman di kampung pun tak ada, semuanya pergi ke kota berbekal nekat dan harapan yang kuat.
Tak banyak yang melanjutkan sekolah sampai ke jenjang perkuliahan. Angkatan wafa saja, yang berkuliah hanya dua orang. Wafa dan Teman wafa yang tak bisa disebut namanya disini.
Desa kecil di tengah hamparan semesta menjadi tempat yang selalu ada di hati wafa.
Komentar
Posting Komentar