Apakah kita masih punya waktu untuk membaca sebuah buku di sore yang mendung ditemani secangkir teh hangat dengan menatap puncah merapi?
Wafa mengajak kita semua untuk mulai merenungkan, apakah kita masih bisa menjadi diri kita sendiri, atau ternyata kita termasuk dari budak dunia. Dalam diam, wafa mulai melihat dan memahami kehidupan yang nyata ini serta penuh dengan tipu daya. Jangan sampai kita hanya masuk kedalam lingkaran setan yang tak pernah membuatmu bahagia.
Waktu berjalan terus, apakah kamu menikmatinya?
Ataukah, kamu merelakan waktumu yang berharga untuk menyakiti dirimu sendiri dengan berharap bahagia kelak?
Sesungguhnya, mengejar kebahagiaan adalah kesakitan yang nyata dan pasti. Karena ketika mau mencari kebahagiaan itu, kamu sebenarnya merasa dalam sebuah ketidakbahagiaan. Semua kebahagiaan yang sebenarnya berada di sekelilingmu akan sirna dan tertutupi oleh buai indah dari otakmu yang yakin akan kebahagiaan kelak.
Ingatlah, mencari pengalaman positif adalah sebuah pengalaman negatif. Tetapi, menerima dan menemukan hal menarik dari pengalaman negatif adalah sebuah pengalaman positif. Yakinlah, kau pasti sering berkata bahwa hidup tak adil, banyak masalah, setiap hari harus mengerjakan ini dan itu, memikirkan apa tujuan hidup, memikirkan kenapa kita hidup. Karena hidup adalah masalah itu sendiri, orang yang hidup pasti punya masalah. Dan kamu pasti tahu itu, lalu apa yang kamu tunggu?
Selesaikan masalahmu, karena kebahagian adalah proses memecahkan masalah itu sendiri.
Jangan sampai hidupmu di dedikasikan hanya untuk bertahan hidup. Hidup tak sekedar bertahan hidup, karena hidup adalah tentang membangun pengalaman hidup. Jangan pernah berusaha menjadi baik, tapi mulai kenali dirimu sendiri. Maka kamu akan sadar apa yang terbaik untukmu.
Hidup bukan tentang lari dari masalah-masalah yang ada dan berharap kita akan bahagia. Tetapi kebahagiaan hidup adalah menyelesaikan masalah itu sendiri. Carilah masalah sebanyak-banyaknya dan selesaikan. Hidup adalah tentang menentukan masalah apa yang ingin kita selesaikan, bukan tentang pergi dari masalah.
Hidup seperti mendaki sebuah gunung tinggi dari pantai. Kamu harus tahu tujuan yang pasti, yaitu puncak gunung yang mana yang akan kau tuju. Tentunya, akan banyak sekali masalah yang akan kamu temui, mulai dari panasnya mentari, pendaki lain yang silih berganti, melewati desa-desa yang ramai, melewati hutan yang sepi dan dingin, kadang salju turun, binatang buas yang mengintai, pacet kecil penghisap darah di dalam hutan serta kehabisan persediaan makanan dan kadang tersesat di hutan belantara yang ramai dengan hewan-hewan pemangsa. Selain itu, kamu juga akan menemui sungai, danau dan air terjun yang indah meskipun hanya sesaat dan berada di balik lembah yang dalam. Tapi kamu tetap ingat tujuan awalmu yang kamu damba-dambakan. Puncak tertinggi dari gunung yang kau daki selalu menanti meskipun kadang kita harus berhenti sejenak di tengah perjalanan. Ingat kata-kata ini,
Seperti mendaki gunung,— Mas Wafa (@edogawafa) February 13, 2019
bukan tentang keindahan puncaknya,
tapi tentang indahnya perjalanan yang lika-liku dan mendaki. Rasa takut dan semangat.
Nikmati prosesnya.
Jangan lupa, bahagia itu sederhana.
Membaca sebuah buku di sore yang mendung ditemani secangkir teh hangat dengan menatap puncak merapi yang kadang tertutup awan.
atau
Duduk bersama di tengah lapangan gelap ditemani sebatang rokok sambil memandangi bimasakti di tengah jutaan bintang-bintang untuk membicarakan politik dan filsafat.
atau
Menggabungkan beberapa pribahasa dan memaknainya sendiri.
"Guru kencing berdiri, dua tiga pulau terlampaui"
"Sambil menyelam, murid kencing berlari"
"Guru kecing berdiri, nyaring bunyinya"
Komentar
Posting Komentar